Saatnya Berhenti Mencari Pengakuan dari Media Sosial Percayalah pada Diri Anda Sendiri
  • Saluran umum
    +6221-2789 9788
  • WhatsApp
    +6221-2789 9788

Saatnya Berhenti Mencari Pengakuan dari Media Sosial Percayalah pada Diri Anda Sendiri


In this day and age, feelings like jealousy, schadenfreude, fear of missing out (FOMO, as the millennials put it) is all too prevalent due to how much time is being spent of social media.

Disusun oleh: Ms. R.R. Manjari

Psikolog Klinis Konsultan

Gleneagles Medini Johor

Apakah pengakuan media sosial itu?

Wajar jika kita ingin disukai oleh orang lain dan ingin memiliki komunitas pertemanan. Namun, media sosial telah mengubah cara kita dalam berinteraksi dan membangun persahabatan.

Sekarang, persahabatan dan popularitas diukur dari jumlah simbol hati, suka, komentar, penonton, bagikan, dan pengikut. Umpan balik sosial seperti ini digunakan untuk mengukur kesuksesan postingan seseorang dan akhirnya juga digunakan dalam kehidupan seseorang. Makin banyak pengikut yang Anda miliki, Anda akan makin populer. Makin banyak orang yang menyukai postingan Anda, Anda akan makin 'beken'.

Jadi, kita cenderung mempublikasikan konten yang disukai orang-orang. Bahkan, kita memposting foto kita dan menunggu orang lain untuk memberikan tanggapan. Terkadang, kita terobsesi untuk memeriksa postingan kita untuk melihat apakah ada orang lain yang telah menyukai atau mengomentarinya. Saat kita melakukan ini, kita mulai membiarkan media sosial menjadi bentuk pengakuan bagi kita. Anda merasa makin senang saat Anda mendapat lebih banyak suka.

Namun, harus diingat bahwa sering kali postingan media sosial dibuat untuk menunjukkan versi terbaik. Sebagai contoh, postingan foto seseorang tersenyum di pinggir pantai terlihat seperti sedang menikmati liburan mahal, tetapi kenyataannya itu hanya tipuan foto belaka dan bukan liburan yang nyata. Dalam hal tersebut, afirmasi dan pengakuan dari media sosial dapat memberikan banyak dampak negatif pada kesehatan mental kita.

Berikut adalah pertanyaan yang sering diajukan terkait pengakuan media sosial serta langkah-langkah praktis untuk mengatasinya.

  1. Pada zaman sekarang ini, perasaan seperti kecemburuan, schadenfreude (sakit bahagia), takut ketinggalan (fear of missing out/FOMO, seperti yang dikatakan oleh kaum milenial) sangat lazim terjadi akibat betapa banyaknya waktu yang dihabiskan di media sosial. Bagaimana seseorang dapat menghentikan perasaan tersebut secara sadar agar tidak mengambil alih kehidupan mereka? Apakah hal ini mungkin untuk dilakukan?

    Ya, memang benar bahwa perasaan ini lazim dan berbahaya dalam hidup kita. Pertama, orang harus menerima kenyataan bahwa mereka memiliki perasaan seperti itu. Ini adalah langkah pertama untuk mengatasi penolakan dan mulai mengatasi masalah tersebut. Mereka harus menyadari harapan, tujuan individu, tujuan hidup, dan tanggung jawab mereka. Setelah menyadari semua hal ini, akan mudah untuk melanjutkan hidup.

  2. Bahkan ketika seseorang sedang berpergian, lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk mencoba mendapatkan hasil pemotretan yang sempurna agar disukai oleh sebagian besar orang, daripada benar-benar menikmati saat itu - apakah ada istilah untuk perilaku ini? Dari sudut pandang psikologis, menurut Anda, mengapa orang-orang tertentu terlalu terobsesi dengan pengakuan yang mereka terima secara daring?

    Ya, itu memang suatu pengakuan, yang bisa datang dalam banyak cara. Bagi sebagian orang, penting bagi mereka untuk mendapatkan pengakuan oleh individu atau kelompok tertentu. Hal ini dapat diterima terutama melalui media sosial, di sana jumlah suka atau komentar itu sangat penting.

    Penggunaan media sosial dapat dianggap sebagai cara untuk tetap terhubung dengan orang yang mereka cintai, yang dapat dilakukan secara pribadi, atau dibagikan secara publik, yang berada di balik motif yang berbeda. Yang terakhir ini dapat menimbulkan dampak negatif pada individu yang memiliki harga diri dan kepercayaan diri yang rendah. Orang-orang yang memiliki kepercayaan diri tinggi kurang terpengaruh secara negatif oleh media sosial dibandingkan orang-orang yang kurang percaya diri. Dengan terus-menerus membandingkan diri mereka dengan "kehidupan" daring yang tampaknya sempurna, pengguna media sosial yang kurang percaya diri bisa menjadi lebih cemas atau tertekan atas apa yang tampaknya dimiliki orang lain dan tidak mereka miliki. Perasaan cemburu karena tidak mampu mengukur hanya akan menyebabkan perasaan kurang percaya diri dan mengikis harga diri. Setiap kali login bisa menghilangkan sedikit lebih banyak perasaan baik yang mungkin dimiliki oleh seseorang.

    Jika Anda merasa terkena dampak negatif oleh media sosial - “Mengapa hidupKU tidak seperti itu?” - mungkin inilah saatnya untuk mengevaluasi kembali apa arti media sosial bagi Anda, dan bagaimana Anda ingin menggunakannya. Tidak perlu memilih untuk mundur sepenuhnya, tetapi Anda bisa mengendalikannya. Jika Anda tidak terganggu oleh foto-foto orang lain yang sempurna, bagus untuk Anda! Ingatlah, seperti halnya gambar-gambar di majalah, foto-foto itu hanya potret kehidupan seseorang.

  3. Ketika berbicara tentang mengekspresikan diri - orang lebih cenderung menulis keterangan panjang untuk Hari Ibu / perayaan lainnya (bahkan meskipun orang yang dituju tersebut tidak ada di media sosial) daripada mengucapkan hal-hal ini secara langsung kepada orang tersebut - apakah ini adalah bentuk lain dari mencari pengakuan? Bagaimana seseorang bisa menganalisis apa alasan mereka untuk mencari pengakuan?

    Ya, sekali lagi, ini adalah bentuk lain untuk mencari pengakuan. Kepercayaan diri dan harga diri seseorang yang disebutkan di atas sangat penting untuk pertumbuhan individu yang tepat. Untuk mencapainya, seseorang perlu berfokus pada harga diri. Keraguan diri dan kritik pada diri sendiri hanya dapat menurunkan semangat dan motivasi.

    Ada faktor-faktor lain yang dapat dicerminkan ke dalam, seperti pengaruh teman sebaya, harapan teman sebaya, tren, pemodelan peran, dan hilangnya identitas diri.

  4. Apakah perasaan seperti kecemburuan dan schadenfreude (sakit bahagia) merasuki sesuatu yang tertanam dalam diri individu - artinya itu adalah sesuatu yang sulit untuk diatasi/memrogram ulang pemikiran? Atau apakah perasaan ini dipelajari pada saat ketika tidak diperbaiki di jalurnya?

    Perasaan seperti itu sudah tertanam dalam beberapa saat, tidak semuanya. Mereka bisa merupakan suatu bentuk perilaku yang dipelajari, yang berasal dari kegagalan berulang, kekecewaan, atau pengharapan yang tinggi.

    Itu tergantung pada individu, apakah mereka menyadari bahwa mereka memiliki perasaan ini, dan apakah mereka ingin melakukan sesuatu tentang itu. Ini tergantung pada kepribadiannya dan mekanisme untuk mengatasi masalah, dan dapat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu atau trauma masa kecil yang disimpan secara tidak sadar. Jika individu tersebut menyadari kepribadiannya, pandangan dunia, peran, keinginan, dan kebutuhan seseorang, dia akan dapat mengatasinya.

  5. Apa saja dampak negatif dari media sosial?

    Media sosial tentu memiliki nilai plus tersendiri. Media sosial membantu kita tetap terhubung dan memungkinkan kita untuk berkomunikasi dengan teman dan keluarga di seluruh dunia, Anda dapat mempromosikan dan meningkatkan kesadaran untuk tujuan yang bermanfaat dan menjadi sumber infomasi yang berharga (tetapi kita harus mewaspadai informasi yang salah).

    Namun, media sosial juga memiliki kelemahan, dan dampak negatif ini dapat diperburuk dengan kebutuhan akan pengakuan media sosial. Berikut adalah beberapa aspek negatif yang perlu diperhatikan:
    • Foto dan postingan di media sosial dapat menyebabkan perasaan inferior terhadap kehidupan dan penampilan seseorang.
    • Dapat menyebabkan perasaan takut ketinggalan (FOMO). Kita cenderung berpikir bahwa orang lain lebih bahagia dan kita melewatkan hal-hal tertentu.
    • Dapat menyebabkan perasaan kesepian dan terisolasi.
    • Dapat memicu gangguan suasana hati seperti depresi dan kecemasan.
    • Pengguna dapat menjadi sasaran perundungan dunia maya ( cyberbullying).
    • Dapat memicu timbulnya sifat mementingkan diri sendiri (self-absorption) yang tidak sehat dan memutus hubungan kita dengan dunia nyata.

    Oleh karena itu, penting untuk menentukan batasan dan menggunakan media sosial dengan bijak, terutama jika Anda rentan terhadap aspek yang disebutkan di atas.

  6. Bagaimana cara menghentikan pengakuan dari media sosial?

    Sebaiknya batasi waktu untuk menelusuri akun media sosial Anda karena perbandingan, FOMO, dan harapan yang tidak realistis, semuanya dapat menyebabkan perasaan tidak berharga, kesepian, dan bahkan depresi. Tentu, langkah ini jauh lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Oleh karena itu, berikut adalah beberapa kiat praktis yang dapat membantu Anda berhenti mencari pengakuan dari media sosial:

    • Tetapkan batasan dan perhatikan apa yang Anda bagikan dan ikuti di media sosial. Keseimbangan adalah kunci.
    • Jangan memulai hari Anda dengan membuka media sosial.
    • Berikan afirmasi pada diri Anda sendiri daripada menunggu pengakuan dari media sosial.
    • Terhubung, habiskan waktu, dan bangun hubungan dengan orang di dunia nyata.
    • Lakukan detoks digital Berhenti menggunakan media sosial sejenak dan hindari menggunakan ponsel atau komputer untuk beberapa hari.
    • Perhatikan berapa lama Anda telah menelusuri feed di media sosial.
    • Ingatlah bahwa Anda sudah bahagia, bahkan tanpa memposting sesuatu di media sosial.


Kontak darurat
Gleneagles Hospital Medini Johor
Ambulans / Gawat Darurat
+607 560 1111
Pilih Rumah Sakit